Rabu, 04 Desember 2013

KORUPSI ' DARI rakyat, OLEH rakyat, dan UNTUK rakyat '


Negara Indonesia, harus kita akui bahwasannya Negara kita adalah Negara jajahan, Negara yang memiliki daya jual tinggi akan sumber daya alam maupun manusia. Sehingga membuat bangsa lain berbondong bondong memperebutkan bumi rempah. Mulai dari bangsa portugis hingga bangsa sakura, beratus – ratus tahun masyarakat Indonesia telah berpengalaman terjajah oleh bangsa asing. Kehidupan sengsara, susah, dan menjadi budak di tanah sendiri.
Selama kurun waktu itu bangsa kita mengumpulkan jutaan asa untuk mensejahterakan anak cucu, agar kelak keturunan mereka bisa merasa sepenuhnya memiliki tanah air Indonesia. Dan tepatnya perjuangan nenek moyang kita sampai pada klimaks, kala Ir. Soekarno beserta Moh Hatta memproklamasikan Negara kita pada 17 Agustus 1945. Walaupun banyak menuai pertentangan tentang kemerdakaan Indonesia, akan tetapi bangsa kita lebih terhormat mendapatkan kemerdekaannya dengan perjuangan para pahlawan bukan pemberian dari penjajah.
Sudah 68 tahun terasa Indonesia berkibar, dan selama ini kita telah memiliki sepenuhnya atas bumi pertiwi. Latar belakang sebagai bangsa yang terjajah masihkah melekat pada jiwa kita? Walaupun kemerdekaan telah lama di nyatakan, kesejahteraan akan masyarakat Indonesia yang belum merata di rasa seperti vonis tersendiri bagi beberapa kalangan tersebut. Kemerdekaan yang setiap 17 agustus senantiasa di peringati seolah menjadi sindiran bagi mereka tentang jiwa dan raga yang masih terjajah di Negara yang merdeka. Lalu siapa yang sekarang menjajah negeri kita ? Negara kita Indonesia bukanlah di jajah oleh bangsa lain, melainkan di jajah oleh bangsanya sendiri. Bangsa yang sudah berpengalaman terjajah beratus ratus tahun sekarang menjajah negrinya sendiri.
Walaupun bentuk penjajahan bukan secara fisik, akan tetapi bentuk penjajahan pola pikir dan juga budaya adalah penjajahan yang paling fundamental, berpengaruh besar terhadap perkembangan suatu bangsa. Dewasa ini penjajahan pola pikir dan budaya ‘ KORUPSI ‘ di indonesia sudah tak asing lagi, korupsi sudah mulai menjalar di semua kalangan masyarakat. Tidak kenal ampun baik itu orang kaya, miskin, tua, muda semua elemen masyarakat secara gampang akan terkena budaya korupsi itu sendiri.
Budaya yang telah mengakar di kehidupan bangsa kita ini memang terasa sulit untuk di hapuskan, terkadang kita dengan bringasnya memvonis seseorang melakukan tindakan korupsi tersebut tanpa memikir panjang mengapa mereka korupsi? Sebenarnya pengaplikasian dari korupsi itu luas, akan tapi yang lebih familiar dan sering kita temukan yaitu korupsi dalam lingkungan pemerintahan atau politik. Di pemerintahan Indonesia kita mengenal sistem pemerintahan yang telah di anut oleh bangsa kita yaitu Demokrasi, sistem yang menempatkan rakyat menjadi pemegang kedaulatan penuh atas Negara atau yang lebih kita kenal dengan slogan ‘ dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat ‘. Secara tidak sadar sistem demokrasi tidak jauh beda dengan korupsi, dalam kita menentukan pemimpin tentunya keramahan serta kedermawanan calon sangatlah hangat bahkan sering setiap di gelarnya pesta demokrasi uang berhamburan di mana mana. Dengan mudahnya partisipasi kita dalam menentukan wakil rakyat sebagai masyarakat awam terbeli oleh keramahan dan kedermawanan calon. Sedangkan akhirnya setelah mereka terpilih sebagai wakil rakyat mereka pun menuntut kembali atas modal yang telah mereka keluarkan. Dan secara tidak langsung imbas dari penuntutan kembali itu mencekik kesejahteraan masyarakat yang lain, dan kita sebagai pemilih dan penikmat modal awal juga termasuk actor utama dalam berjalannya sebuah kasus korupsi tersebut.
Jika kita lebih selektif dan mendalami lagi perihal ‘ dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat ‘ ketika sebuah kasus terjadi di pemerintahan baik itu pelanggaran maupun kebijakan, sebenarnya kita secara real juga termasuk pemeran dalam menentukan keberhasilan itu semua. Dari rakyat, mereka para wakil rakyat dan juga pemimpin awal mulanya adalah rakyat biasa seperti kita yang mepunyai tujuan sendiri untuk mengembangkan bangsa. Oleh rakyat yang menentukan mereka menjadi wakil dan pemimpin adalah kita semua sebagai warga Negara Indonesia. Untuk rakyat baik dan tidak nya tujuan wakil serta pemimpin yang kita pilih imbasnya secara langsung mengarah pada kita antara kesejahteraan dan juga kesengsaraan.
Oleh sebab itu kita sebagai masyarakat yang menentukan keberlangsungan sistem pemerintahan Negara agar dapat berkesinambungan dengan rakyat dan semakin mensejahterakan rakyat. Jangan mudah di butakan oleh uang sesaat yang berujung pada kesengsaraan. Seringnya kita tidak menyadari bahwa kesalahan mereka juga termasuk kesalahan kita pribadi. Ketika kita menyematkan title mereka sebagai “ koruptor “ secara tidak langsung juga kita menyematkan title yang sama pula untuk diri kita sendiri. Jadi bersikaplah lebih bijak lagi dengan peranan penting kita sebagai warga Negara Indonesia. Apalagi warga Muslim Indonesia, Salam Koruptor untuk kita semua pelestari budaya korup bangsa.


www.nu.or.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar