Tak mampu lagi penaku menulis
Diatas air mata yang banjir
Menggenang bangsa
Sembab pun tak terbendung
Oleh selipan senyum
Sebisa dikaca layar kuamati
Sengsara yang di umbar di mana mana
Sana !!!
Metropolitan, tak jadi jaminan
Maslahat dan sejahtera
Konflik tak kunjung surut
Malah bagai ombak di sore hari
Selalu pasang
Macam apa ini ???
Hidupku di pinggiran kota kretek
Sengaja ku hampiri ahmad yani yang terpajang depan gedung DPRD
Senyum kusapa untuknya
Mungkin jika kau rasa
Tak hanya air mata yang kau kucurkan
Tapi sayatan belati kau julurkan
kau pun tanpa malu berlari kealun alun kota
telanjang hanya balutkan sang pusaka merah putih
sudah bosan kritik di sampaikan
tak ada jawaban apalagi pembenahan
harus apalagi ??
tunggukah tsunami gulung ?
mungkin rumah diratakan gempa ?
atau ladang di gersangkan oleh panas?
Heh, itu semua juga takkan merubah
Orangnya sudah terlanjur terkuasai nafsu
Bibir, bibir mereka boleh manis
Tingkkahnya sering tragiskan nasib
Tuntut kami tak banyak,
Bukan subsidi peringan beban
Tak pula buatkan mewah rumah
Apalagi minta blackberry canggih
Yang kami ingin
Bukan hanya drama yang tersuguhkan
Antagonis dan protagonis
Tidak hanya pencitraan
Butuh
Cukup dengan tanggung jawab
Penuhi tugas
Tak hanya minta naik gaji
Tapi benarkan dan perbaiki kerja
Itu saja teriakan kami
8 maret 2012