Roda perputaran waktu takkan pernah berhenti memacu, tidak ada kata lelah untuk terus berlalu, apalagi hanya untuk sekedar menunggu, dan tidak pula untuk ditawar. Sitiap detik waktu sangat begitu berharga untuk hanya dilewatkan begitu saja. Dalam kehidupan ini ada sebuah transisi dari generasi yang sudah berjaya (generasi tua) dan genersi tonggak massa depan bangsa (generasi muda). Dan itulah tugas kita sebagai penerus generasi yang dulu pernah berjaya. Tugas yang harus diemban dengan penuh tanggung jawab.
Generasi muda adalah tonggak masa depan bangsa, apalagi di era glabalisasi sekarang ini. Bangsa kita membutuhkan peran lebih dari seorang generasi muda yang berkompeten, tidak pandang sebalah serta bermasyarakat. Generasi yang seperti itu adalah suatu kelangkaan di negeri ini, sekarang generasi muda sudah semakin teracuni oleh kehidupan hegemoni yang selalu mengedepankan materi. Dalam setiap hidupnya hanyalah mencari kesenangan tanpa berfikir tentang dampak kedepan. Apakah latar kehidupan seperti ini layak untuk menjadi tonggak masa depan bangsa…???. Lalu akan dibawa kemana bangsa kita ini, genarsi muda yang seperti ini bukanlah tonggak masa depan bangsa tapi justru akan menjadi parit bangsa, yang akan semakin menghancurkan negeri ini.
Di Negara yang mengusung Demokrasi di dalamnya, membuat setiap warganya berhak dan mempunyai wewenang untuk mengapresiasikan kritikan dan saran. Itulah Indonesia , figure demokrasilah yang melatar belakangi berdirinya berbagai public media yang senantiasa menjembatani suara para rakyat yang tersisihkan. Di Negara yang berkembang ini yang tingkat kesejahteraan rakyat didalamnya belum merata, seolah membuat tirai pembatas hubungan antara para pinggiran dengan para pemegang pemerintahan. Tirai itulah yang membuat para pinggiran kesulitan untuk mengapresiakan ulasan hati mereka, mungkin dikarenakan keminderan dan bahkan mungkin dikarenakan keacuhan dari para penerintahan terhadap apresiasi dari para pinggiran.
Realita yang terjadi selama ini hanya demokrasi bagi yang bermateri, dan bagi para pinggiran yang kurang terperhatikan semakin hari semakin tenggelam. Sudah tidak dapat dipungkiri lagi dan bahkan akan menjadi sebuah hukum mati. Yang sudah berlalu tidak dapat diputar lagi untuk di ulangi, kekurangan yang telah terlewatkan kini hanya butuh pembenah untuk kebaikan kedepan.
Public media, selama ini public media telah banyak membantu mengapresiakan saran dari para pinggiran, yang dulunya mereka hanya pasrah akan kehidupan yang hampir teracuhkan. Tidak hanya menjembatani suara rakyat pinggiran saja, public media juga bertugas mengawasi kinerja para pemerintahan, jikalau kinerja mereka tidak layak maka public media akan mengeksposnya kemasyarakat tentang kekurang baiknya para pemerintahan memegang amanat.
Keeksistensian public media dalam pensejahteraan rakyat tidak luput dari aktualisasi para jurnalis yang berkompetan dalam mengkemas bahasa informasi, sehingga membuat kenyaman bagi para pembaca.
Sekaranglah saat dimana para jurnalis muda mempersiapkan transisi dari para jurnalis yang telah berjaya (jurnalis generasi tua) dalam membantu kesejahteraan rakyat. Dimana suatu saat nanti apa yang ada, akan hilang serta sirna. Yang muda akan kian menua dan yang tua akan tergantikan dengan yang muda. Itulah hukum pasti siklus kehidupan.
Peran public media yang selama ini telah ikut andil dalam pensejahteraan rakyat, kini menjadi tanggung jawab para jurnalis muda yang memiliki potensi dan karakter yang khas. Peran jurnalis muda tidak hanya mengemban tanggung jawab dari public media saja, jurnalis muda yang notabenya tidak lepas dari seorang generasi muda, yang dieluelukan sebagai tonggak masadepan dan pembenah moral bangsa harus bersiap menghadapi berbgai rintangan di era globalisasi sekarang ini.
Untuk sekedar direnungi oleh generasi muda umumnya dan untuk para jurnalis muda khususnya, tertuliskan sebuah lirik lagu dari peterpan "jiwa yang lama segera (kian) pergi, bersiaplah para penggant i(karena) tak ada yang abadi".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar