Minggu, 26 Februari 2012

pemuja yang teracuhkan




Mendung telah mengkulum purnama
Menghapus keindahan
Aku coba melukis wajahmu di bentangan langit
Tapi pekat awan merundung
Membawa lari
Aku coba rajutkan namamu di hatiku 
Tapi aku takut 
Takut jikalau suatu saat
Hatiku tergores oleh sembilu
!!!. . . . . . . . Kau boleh katakan aku pecundang  
Karena mungkin terlalu takut untuk tersakiti hati
Tapi, inilah aku 
Sang pemuja keindahan
Yang senantiasa teracuhkan
                                               ( 19 Sept 2011 )

Rabu, 15 Februari 2012

ATAP


                                                  atap : pelindung penganyom sang penghuni 

Sering terbias sinar matahari . . . .
Bahkan tersayat oleh panasnya,
Kerap pula tergerus angin,
Terkadang terguyur deras hujan,
Tetap kokoh . . . . ! ! !
Bahkan senantiasa mengayomi . . .
Atap . . .
Itulah Atap . . . . ! !
Atap rumahku ,
Mungkin juga rumah mu,
Setiap saat. . . . . . .
Menentramkan, membuat seisi rumah nyaman,
Bisakah . . . . . ? ? ?
Aku bisakah sekuat itu . . . .
Sering aku rapuh. .
Pun kerap mengeluh,
Tapi aku ingin, , , ,
Ingin menjadi atap. . .
Atap yang meneduhkan,
Atap yang menjaga,
Atap yang menentramkan,
Atap . . . .! ! !
Ingin aku menjadi atap bagi hatimu
                                               ( 24 okt 2011 )

Senin, 13 Februari 2012

Membaca tradisi di zaman runyam



                                salah satu potret budaya jawa tengah : wayang main



Aku berderai bersama angin
Mengalun bagaikan ritme nada rapuh
Aku terbang bersama awan
Melambai pada katulistiwa yang runyam

Aku duduk di salah satu kursi
Berfikir diantara sumbang sumbang berita
Menyulami abjad demi abjad
Untuk sebuah tradisi yang ingin ku baca di negeri ini

Keanekaragaman yang sering di katakan usang
 Ataukah cikal bakal yang tak di banggakan . .? ?
Hmmm . . . . .
Ini warisan
Bukan sebuah kemusyrikan tentang tuhan
Bukan pula peradaban yang ketinggalan zaman , ,

                                                   
Edan , , , gila ! ! !
Terhempas oleh gelombang
Takut tergerus arus globalisasi
Alasan bulsith orang hidup

Dulu gunung menyimpan tanamanan
Pula keakraban sesama
Laut pancarkan keindahan karang
Pun eratakan persaudaraan

Aku terdiam kala ku beranjak dewasa
Semua beda
Banyak gunung kehilangan tanaman
Banyak laut gersang karang
Sawah pun sekarang di tanami rumah
Petani beralih profesi
Jadi arsitek perubah peradaban
Agraris jadi industri

Gemah ripah loh jinawe
Apapun yang di tanam pasti akan bebuah
Hah !!!!
1 kilo padi bisa jadi 1 kwintal
Kenapa juga masih impor beras ???
1 batang pohon ketela jadi bercabang singkong
1 buah mangga bisa jadi puluhan mangga matang
Negeri yang subur makmur
Apalagi kalau di tanami rumah
hotel mewah Bisa jadi
Ditanamai hutang
Bertamabah banyak pula hutang
Sungguh pintar skenario zaman edan
                                              beban hutang banyak sekarang jadi tradisi bangsa 
Sekarang booming, Pengembangan peradaban tanam hutang

Inikah peradaban yang di wariskan nenek moyang ????
Bukankah nenek moyang kita pelaut??
Bukankah nenek moyang kita petani???

Nenek moyang kita bukan seorang penghutang
Yang wariskan tumpukan hutang untuk generasinya

Hilang yang dahulu indah
Budaya tradisi terkikis oleh pongah zaman
Pelestari berlari
Minggir banggakan keasrian asing

Terbalik sekarang akal pikiran
Santun dengan blangkon di kepala
Itu dulu
Kini angkuh dengan rambut pirang yang menganga
Anggun kenakan kebaya
Sekarang sombong
Balutan baju yang kurang kainnya
Oh.... buncahkan syahwat 

                                                     potret tradisi kebanggaan masa kini  

Kemana peradaban dulu ??
Dimana ahli warisnya . . .
Mampukah garda depan memikul tanggung jawab ??
Sebagai pelestari budaya dan tradisi ???

Aku berterimakasih untuk orang orang yang bangga dengan tradisi
Aku berterimakasih untuk orang orang yang meraimaikan budaya



                     Abud si bambu runcing
                     13 januari 2012

Selasa, 07 Februari 2012

Transisi Penyambung Harapan




Roda perputaran waktu takkan pernah berhenti memacu, tidak ada kata lelah untuk terus berlalu, apalagi hanya untuk sekedar menunggu, dan tidak pula untuk ditawar. Sitiap detik waktu sangat begitu berharga untuk hanya dilewatkan begitu saja. Dalam kehidupan ini ada sebuah transisi dari generasi yang sudah berjaya (generasi tua) dan genersi tonggak massa depan bangsa (generasi muda). Dan itulah tugas kita sebagai penerus generasi yang dulu pernah berjaya. Tugas yang harus diemban dengan penuh tanggung jawab.
Generasi muda adalah tonggak masa depan bangsa, apalagi di era glabalisasi sekarang ini. Bangsa kita membutuhkan peran lebih dari seorang generasi muda yang berkompeten, tidak pandang sebalah serta bermasyarakat. Generasi yang seperti itu adalah suatu kelangkaan di negeri ini, sekarang generasi muda sudah semakin teracuni oleh kehidupan hegemoni yang selalu mengedepankan materi. Dalam setiap hidupnya hanyalah mencari kesenangan tanpa berfikir tentang dampak kedepan. Apakah latar kehidupan seperti ini layak untuk menjadi tonggak masa depan bangsa…???. Lalu akan dibawa kemana bangsa kita ini, genarsi muda yang seperti ini bukanlah tonggak masa depan bangsa tapi justru akan  menjadi parit bangsa, yang akan semakin menghancurkan negeri ini.
Di Negara yang mengusung Demokrasi di dalamnya, membuat setiap warganya berhak dan mempunyai wewenang untuk mengapresiasikan kritikan dan saran. Itulah Indonesia, figure demokrasilah yang melatar belakangi berdirinya berbagai public media yang senantiasa menjembatani suara para rakyat yang tersisihkan. Di Negara yang berkembang ini yang tingkat kesejahteraan rakyat didalamnya belum merata, seolah membuat tirai pembatas hubungan antara para pinggiran dengan para pemegang pemerintahan. Tirai itulah yang membuat para pinggiran kesulitan untuk mengapresiakan ulasan hati mereka, mungkin dikarenakan keminderan dan bahkan mungkin dikarenakan keacuhan dari para penerintahan terhadap apresiasi dari para pinggiran.
 Realita yang terjadi selama ini hanya demokrasi bagi yang bermateri, dan bagi para pinggiran yang kurang terperhatikan semakin hari semakin tenggelam. Sudah tidak dapat dipungkiri lagi dan bahkan akan menjadi sebuah hukum mati. Yang sudah berlalu tidak dapat diputar lagi untuk di ulangi, kekurangan yang telah terlewatkan kini hanya butuh pembenah untuk kebaikan kedepan.
Public media, selama ini public media telah banyak membantu mengapresiakan saran dari para pinggiran, yang dulunya mereka hanya pasrah akan kehidupan yang hampir teracuhkan. Tidak hanya menjembatani suara rakyat pinggiran saja, public media juga bertugas mengawasi kinerja para pemerintahan, jikalau kinerja mereka tidak layak maka public media akan mengeksposnya kemasyarakat tentang kekurang baiknya para pemerintahan memegang amanat. 

Keeksistensian public media dalam pensejahteraan rakyat tidak luput dari aktualisasi para jurnalis yang berkompetan dalam mengkemas bahasa informasi, sehingga membuat kenyaman bagi para pembaca.
Sekaranglah saat dimana para jurnalis muda mempersiapkan transisi dari para jurnalis yang telah berjaya (jurnalis generasi tua) dalam membantu kesejahteraan rakyat. Dimana suatu saat nanti apa yang ada, akan hilang serta sirna. Yang muda akan kian menua dan yang tua akan tergantikan dengan yang muda. Itulah hukum pasti siklus kehidupan.
Para jurnalis muda mempunyai potensi dan karakter yang patut untuk dikembangkan, potensi dan karakter itu kelak akan menjadi pensejatera rakyat dan pelengkap atas kekurangan yang dimiliki oleh para pendahulu. Factor semangat lebih yang dimiliki oleh para jurnalis muda, yang notabenya adalah masa meledakanya emosional semangat mereka seolah membuat keunggulan tersendiri yang mungkin tidak dimiliki oleh para jurnalis yang telah berjaya (jurnalis generasi tua).  Pengalaaman lebih, tidak selamanya dimilliki oleh yang tua, terkadang jiwa dan emosional semangat para pemuda melahirkan suatu pembaharu yang akan menciptakan pembeda dan pelengkap dari sebelumnya.
Peran public media yang selama ini telah ikut andil dalam pensejahteraan rakyat, kini menjadi tanggung jawab para jurnalis muda yang memiliki potensi dan karakter yang khas. Peran jurnalis muda tidak hanya mengemban tanggung jawab dari public media saja, jurnalis muda yang notabenya tidak lepas dari seorang generasi muda, yang dieluelukan sebagai tonggak masadepan dan pembenah moral bangsa harus bersiap menghadapi berbgai rintangan di era globalisasi sekarang ini.
Untuk sekedar direnungi oleh generasi muda umumnya dan untuk para jurnalis muda khususnya, tertuliskan sebuah lirik lagu dari peterpan "jiwa yang lama segera (kian) pergi, bersiaplah para penggant i(karena) tak ada yang abadi".